5 Upacara Adat Suku Bugis Yang Masih Bertahan Hingga Sekarang

5/5 (1)

Upacara Adat Suku Bugis Yang Masih Bertahan hingga sekarang – Upacara Adat Suku Bugis yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Suku bugis memiliki banyak ragam tradisi upacara yang unik. Sayangnya, semua tradisi yang ada kini, mulai tergusur perkembangan zaman, walaupun hal ini masih terus berlangsung hingga sekarang.

Upacara Adat Suku Bugis

Nah, berikut ini kami akan mengulas beberapa upacara adat Suku Bugis yang unik dan menarik Anda simak. Yuk kita baca ulasannya berikut di bawah ini.

1# Pindah Rumah

Pindah Rumah suku bugis

Saat akan pindah rumah, biasanya setiap orang akan sibuk berkemas, dan memindahkannya ke tempat baru. Namun tidak begitu halnya dengan Suku Bugis, yang memiliki tradisi sendiri dalam pindah rumah.

Alih-alih hanya memindahkan barang, masyarakat suku tersebut justru akan memindahkan rumah yang sebenarnya tanpa perlu repot membongkar. Tradisi ini adalah Mappalette Bola, yang akan melibatkan hingga ratusan warga, untuk memindahkan rumah ke lokasi yang baru.

2# Massallo Kawali

Massallo Kawali

Tradisi dari tanah Suku Bugis atau Upacara Adat Suku Bugis yang masih sering dilakukan adalah acara Massallo Kawali,atau bermain gobak sodor, dengan menggunakan badik, atau semacam senjata tajam.

Namun uniknya, Badik tersebut adalah asli, dan bukan imitasi. Sebelum melaksanakan tradisi ini, terdapat upacara ritual khusus, yang harus dilakukan. Hal tersebut untuk menghindarkan semua peserta dan penontonnya, dari semua hal buruk yang bisa saja terjadi.

Atraksi Massallo Kawali ini, bisa juga menyimbolkan semangat para Suku Bugis. Terutama dalam hal mempertahankan martabat, dan melindungi tanah kelahiran, dari musuh.

3# Sigajang Laleng Lipa

Sigajang Laleng Lipa

Upacara adat Suku Bugis ini bernama Sigajang Laleng Lipa ⁣atau Tarung Sarung, yang merupakan tradisi bagi kaum pria Bugis, saat ingin menyelesaikan masalah. Bentuk dari tersebut merupakan pertarungan antar dua pria, namun akan melakukannya dengan menggunakan sarung.

Tradisi ini sudah berlangsung sejak masa kerajaan Bugis dahulu. Umumnya, upacara ini merupakan upaya terakhir, dalam menyelesaikan suatu masalah adat yang tidak dapat terselesaikan. Walaupun nyawa yang menjadi taruhannya, masyarakat Suku Bugis tetap memiliki cara khusus, untuk dapat menyelesaikan permasalahannya dengan bijak.

Makna filosofinya dari acara ini adalah, agar suatu masalah dapat solusi terbaik diselesaikan tanpa kekerasan. Penyelesaian tersebut akan berjalan secara musyawarah, dengan melibatkan dua belah pihak yang bermasalah, dan dewan adat.

4# Songkabala

Songkabala

Upacara tolak bala masih menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi masyarakat Suku Bugis. Alam yang menjadi tempat tinggal dan ladang mencari nafkah bagi mereka, tetaplah harus terhindar dari seluruh bencana alam dan wabah.

Dalam setiap upacara tolak bala terdapat persembahan sebagai perantara, antara harapan dan doa, dan antara manusia dengan Sang Pencipta. Persembahan tersebut juga sebagai “sarana negosiasi spiritual” dengan para entitas, agar tidak mengganggu kehidupan mereka di Bumi.

Upacara Adat Suku Bugis atau Songkabala biasanya berlangsung pada sore hari, menjelang waktu shalat magrib. Hal ini selaras dengan kepercayaan Suku Bugis. Mereka percaya, bahwa pergantian waktu menuju terbenamnya matahari, adalah saat para makhluk tak kasat mata berkeliaran.

5# Upacaa Pernikahan Adat Suku Bugis

Upacaa Pernikahan Adat Suku Bugis

Adat pernikahan masyarakat Suku Bugis, terdiri dari serangkaian upacara dan prosesi. Deretan acara memiliki filosofi tersendiri, agar pernikahan menjadi lebih sakral dan istimewa. Upacara pernikahan tersebut adalah Mappabotting, yang artinya melaksanakan upacara perkawinan.

Namun dalam prosesi upacaranya, banyak sekali hal menarik di dalamnya:

  • Mappasideppe Mabelae
  • Yaitu prosesi untuk menyatukan dua keluarga
  • Mammanu-manu
  • Prosesi yang melambangkan masa penjajakan.
  • Mappaci atau Tudemmpenni

Suatu prosesi mensucikan diri pada malam menjelang hari pernikahan. Pada malam ini, semua undangan akan berdoa bagi mempelai. Di dalamnya terdapat juga tradisi memoles pacci atau daun pacar, pada kedua telapak tangan mempelai.

Bosara

Sepanjang prosesi sebelum dan sesudah pernikahan, keluarga mempelai akan menyuguhkan berbagai macam kue-kue khas Bugis. Semua makanan manis ini sebagai simbolik, agar kehidupan mempelai selalu harmonis hingga akhir.

Mereka akan meletakkan semua makanan tersebut dalam Wadah yang disebut Bosara, sebagai bentuk penghormatan tuan rumah terhadap tamu.

Songko To Bone

Istilah ini adalah semacam seragam bagi para keluarga kaum laki-laki, yang terbuat dari pelepah daun lontar. Semua kaum pria, wajib menggunakan Songko to bone, jika ada acara penting.

Mappasikarawa atau Mappasiluka

Setelah akad nikah selesai, mempelai pria akan menuju kamar mempelai wanita, dan melakukan prosesi Ipakasirawa atau sentuhan. Bagi Suku Bugis, prosesi ini sangat penting, karena keberhasilan rumah tangga tergantung dari sentuhan pertama mempelai pria.

Mempelai pria dapat menyentuh bagian tubuh tertentu dari mempelai wanita, yang memiliki makna tersendiri. Setelah prosesi berakhir, kedua mempelai keluar dari kamar, untuk bersujud kepada para orang tua.

Akhir Kata

Nah itulah ulasan perihal ragam upacara adat suku bugis, ternyata banyak hal menarik dan unik dari semua upacara adat Suku Bugis ini ya, tentu hal ini dapat memperkaya budaya Indonesia dan semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Semoga dapat bermanfaat dan sampai jumpa lagi pada ulasan upacara ada suku yang lainnya.

Nilai Kualitas Konten

Tinggalkan komentar

error: Content is protected !!