Tarian tradisional Sumatera Barat – Jika kita berbicara tentang Sumatera Barat, orang akan segera mengingat nasi Padang atau jam Gadang. Selain itu, ada kesenian lain yang begitu terkait dengan provinsi ini, yaitu ada Tari piring. Tarian tradisional Sumatera Barat ini membuat penonton penasaran dengan cara penari membawa piring mereka sehingga tidak dapat dipisahkan oleh tangan mereka.
Tarian Tradisional Sumatera Barat
Salah satu suku yang mayoritas adalah suku Minangkabau. Jadi jangan heran jika banyak tarian Sumatera Barat yang berasal dari suku ini. Tarian apa yang ada di provinsi ini? Mari kita cari tahu informasi lengkapnya dalam artikel ini.
1. Tari Pasambahan
Tarian tradisional dari Sumatera Barat adalah tarian atau persembahan pasambahan. Seperti namanya, jenis tarian ini sering dilakukan ketika selebriti, tamu negara besar dan sejenisnya disambut sebagai bentuk penghormatan terhadap mereka.
Ketika tarian dilakukan, para tamu ditemani saat mereka dikawal dari jalan ke kursi. Tidak hanya sebagai tarian untuk menyambut para tamu, Pasambahan juga tampil di berbagai acara tradisional, menyambut pengantin pria di tempat penampungan wanita, hiburan dan sebagainya.
Setelah pertunjukan tari berakhir, para tamu akan disajikan dengan daun sirih di Carano. Dalam budaya pernikahan, pengantin pria menerima daun sirih sebagai pemimpin rombongan. Tarian ini biasanya dilakukan oleh sembilan orang dan dibagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama terdiri dari dua penari laki-laki yang menunjukkan gerakan Pencak Silat, sedangkan kelompok kedua terdiri dari empat penari wanita. Mereka menari dengan anggun. Yang terakhir adalah seorang wanita dengan porter Carano dan dua temannya.
2. Tari Piring
Tari Piring atau Tari Piriang merupakan salah satu tarian tradisional Sumatera Barat, yang berasal dari kota Solok. Mengapa tarian ini disebut Tellertanz? Hal ini karena tarian dilakukan dengan catatan yang merupakan media utama.
Kemudian piring yang aus diayunkan dalam gerakan cepat dan teratur dan piring tidak lepas dari pegangan tangan. Tarian ini merupakan simbol dari masyarakat Minangkabau.
Dasar dari gerakan tari rekaman adalah langkah Silat Minangkabau atau Silek. Dikatakan bahwa tarian piring ini adalah ritual syukur penduduk setempat kepada para dewa setelah panen mereka yang melimpah.
Ritual ini dilakukan dengan membawa korban berupa makanan, yang kemudian disimpan dalam mangkuk sambil disertai dengan gerakan dinamis. Setelah masuknya Islam ke daerah Minangkabau, tradisi tari ini tidak lagi digunakan untuk ritual para dewa.
Tari menjadi sarana menghibur masyarakat, banyak yang dilakukan di acara-acara massa. Alat musik yang mengiringi tarian talempong dan Saluang ini. Biasanya, jumlah penari aneh, yaitu tiga sampai tujuh orang.
3. Tari Rantak
Tari Rantak adalah tarian tradisional Sumatera Barat yang berasal dari Minangkabau. Rantak adalah jenis tarian yang gerakannya sangat dinamis. Gerakan tarian ini terinspirasi dari Pencak Silat. Tarian ini adalah salah satu tarian yang fokus dan mengkonfirmasi ketajaman gerakan penari.
Keindahan tarian Rantak terbukti tidak hanya dalam gerakan, tetapi juga dalam kesejukan para penari. Suara ini dibuat dengan menginjak kaki para penari, yang selaras dengan ketegasan gerakan. Biasanya tarian ini dilakukan oleh beberapa penari pria dan wanita.
Mereka mengenakan pakaian yang berwarna merah dengan serat emas dan dipadukan dengan gaun berwarna-warni. Musik yang mengiringi gerakan dinamis dan tarinya kuat dan tajam serta dipasangkan dengan gerakan kaki.
4. Tari Indang Badindin
Juga disebut Minangkabau Indang, diyakini bahwa tari BadenIndin Indang telah ada sejak abad ke-14 di era penyebaran Islam di Sumatera Barat. Gerakan penari tari tradisional Sumatera Barat adalah menekuk tubuh sambil berlutut pada saat yang sama.
Ini menjadi fitur tarian Indang. Tarian ini dilakukan sebagai penghormatan kepada Tuhan. Indang Badindin adalah tarian terkenal di wilayah Padang Pariama. Iringan tarian ini adalah alat musik rebana. Durasi tarian Indang cukup singkat dan sekitar 30 menit.
Secara umum, tarian ini dilakukan oleh 14 orang, 13 penari dan tata krama orang yang menjadi dzikir. Tujuh dari mereka adalah pria yang dikenal sebagai “Anak Indang”. Sebelum itu, anak-anak dibimbing oleh guru yang diberi nama Dzikir.
5. Tari Alang Babega
Jumlah penari tidak diperlukan, tetapi sering tarian ini dilakukan oleh dua sampai enam orang. Penari bisa laki-laki atau perempuan. Hal ini juga dapat dilakukan pada pasangan pria dan wanita.
Meskipun tarian ini cukup sederhana, tarian Babega Alang sudah dikenal di luar negeri untuk acara budaya. Inspirasi untuk tarian ini berasal dari elang yang mencari mangsa dan menciptakan tarian Babega Alang ini. Gerakan tarian ini sangat sederhana, menarik dan dinamis.
6. Tari Galombang
Tari atau gelombang Galombang adalah tarian tradisional Sumatera Barat. Tarian ini merupakan salah satu kesenian yang dimulai pada tahun 1932 dengan lahirnya seni Randai. Pertunjukan tari Galombang lebih mungkin dipentaskan pada perayaan pernikahan tradisional Minang.
Meski tidak begitu jelas apa asal hubungannya dengan pernikahan, tarian Galombang tetap dilakukan di berbagai pelosok wilayah di Minang. Galombang diperkenalkan kepada pengantin wanita di acara penyambutan ketika diarak untuk pernikahan.
Gerakan tari Galombang cukup lincah. Para penari berjalan naik dan turun seperti gelombang laut. Secara umum, gerakan kaki dan tangan menunjukkan gerakan silate minang. Jumlah penari bisa mencapai hingga puluhan, dibagi menjadi dua kelompok.
Tarian gelombang ini dikatakan terkait dengan kisah pernikahan seorang pemuda. Dia dikawal oleh rekan Silat-nya ketika dia pergi ke desa istrinya. Cerita lain menyebutkan bahwa tarian ini merupakan bentuk iringan bagi penguasa yang akan menikahi pengantin Minang di Spe.
7. Tari Tempurung
Secara umum, shell dance dikatakan sebagai hiburan dan media komunikasi bagi masyarakat Batu Manjulur. Para penari mengenakan gaun khas Minangkabau yang berwarna hitam.
Karena minat generasi muda, yang kurang belajar tari tradisional Sumatera Barat, sehingga tarian kerang saat ini ada kurang di kalangan masyarakat Kanagarian Batu Manjulur.
Tarian ini adalah tarian yang dilakukan menggunakan shell sebagai properti. Tarian tradisional Sumatera Barat ini diperkenalkan sekitar tahun 1952 oleh Ali Muhammad. Popularitas tarian ini berkembang pada tahun 1970 hingga 1980 hingga terkenal dengan Nagari Ayei Dingin Padang Sibusuk.
Pada 1990-an, perkembangan ini telah menurun hingga hari ini. Warga di Kanagarian Batu Manjulur tidak lagi melakukan tarian kerang ini.
8. Tarian Randai
Tari Randai setelah Yoyok RM dan Siswandi memiliki beberapa asal. Ada pendapat yang mengatakan bahwa tarian ini berasal dari bahasa Arab rayan-li-da’i (asal kata da’i), yang merupakan nama untuk para pengkhotbah atraksi Na’sabandiyah.
Yang lain mengatakan bahwa tarian Randai berasal dari kata handai, yang di Minangkabau berarti keakraban, keintiman dan keramahan. Randai adalah hasil dari kombinasi Kaba dan Silek, dikombinasikan dengan gerakan gurindam yang indah dan puisi.
Kaba dan Silek adalah bahasa Minangkabau. Arti dari Kaba adalah pesan atau pesan yang dibawa oleh wisatawan. Kaba mungkin berisi berita tentang ilmu pengetahuan, agama dan moralitas. Silek terkait erat dengan kemampuannya sendiri dalam hal silat dan seni bela diri.
Tari Randai dapat menarik wisatawan asing untuk melihatnya. Hal ini dapat dilihat dalam pertunjukan pertunjukan tari ini di pertunjukan seni di luar negeri. Jumlah penari utama adalah satu orang.
Dia akan memberikan belas kasihan kepada teman-temannya atau penari lain untuk kalimat berikutnya. Jumlah penari tari randai tidak ditentukan karena tergantung pada cerita rakyat yang dibawanya.
Di masa lalu, tari Randai adalah media menyampaikan cerita rakyat melalui ayat-ayat bernyanyi, disertai dengan beberapa gerakan tarian ini. Maka tak heran jika di tengah tarian ada penari yang menambahkan dialog.
Dari awal gerakan tari Randai, orang-orang kagum karena gerakannya unik. Dalam tarian ini ada gerakan kuda, pencak silat, gesekan kaki, jalan kaki, serta gerakan penari.
9. Tari Payung
Tarian tradisional Sumatra Barat selanjtunya adalah tari payung yang dilakukan berpasangan. Saat menari, pria menggunakan payung sebagai milik mereka dan wanita menggunakan syal. Arti dari tarian ini adalah kasih sayang untuk pasangannya.
Payung yang dikenakan oleh penari laki-laki melambangkan perlindungan perempuan. Ini juga menunjukkan bagaimana pria harus bertanggung jawab untuk melindungi perempuan.
Pola gerakan tarian ini adalah 1-2-3-4, yang juga merupakan dasar-dasar gerakan. Tari payung bergerak anggun dan shahdu. Musiknya juga bagus untuk didengar. Tarian ini sering dilakukan di berbagai acara seperti pernikahan, seni pertunjukan, hiburan dan sejenisnya.
Jenis tarian tradisional Sumatera Barat ini memiliki cerita unik di balik kreasinya. Ceritanya juga sangat menarik. Ada tarian yang terinspirasi oleh gerakan hewan, ada juga tarian yang menggambarkan gadis-gadis yang mencari cincin. Properti yang dibawa penari bersama mereka juga bervariasi dari payung hingga lilin.
10. Tari Lilin
Asal-usul tarian lilin identik dengan cerita rakyat Minang. Tari lilin adalah tarian di mana penari membawa lilin dan kemudian menari dengan musik yang dimainkan oleh musisi. Cerita rakyat ini bercerita tentang seorang gadis yang memiliki masalah ketika kekasihnya meninggalkannya.
Dia kehilangan cincin pertunangannya. Gadis itu membawa lilin yang disimpan di piring untuk membantu dalam mencari cincin itu. Start-up mereka dan gerakan tarian mereka yang indah untuk mencari cincin adalah asal-usul tarian lilin ini.
Akhir Kata
Beberapa tarian diatas telah melalang buana dan sudah sampai ke perjalanan luar negeri. Tapi sayangnya ada juga tarian yang telah dilupakan. Sayang sekali bisa punah. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan tarian tradisional ini.