Rumah Adat Jawa Tengah – Saat membaca atau mendengar tentang rumah adat Jawa Tengah, yang pertama terlintas di pikiran Anda mungkin adalah Joglo. Padahal, rumah tradisional di Jawa Tengah tak hanya Joglo lho. Lalu, apa saja macamnya? Berikut daftar yang akan dijelaskan oleh Cryptowi silahkan simak hingga selesai.
Sejarah Rumah Adat Jawa Tengah
Hal ini karena material rumah kala itu adalah bahan-bahan pilihan berkualitas, pembangunan rumah juga memakan waktu tidak sebentar, sehingga biaya keseluruhan cukup tinggi.
Namun seiring waktu, masyarakat Jawa Tengah di berbagai status sosial sudah bisa membangun rumah adat dan bahkan beberapa rumah dijadikan sebagai gedung pemerintahan atau perkantoran.
Sayangnya, rumah-rumah warisan leluhur ini sudah tidak banyak lagi dijumpai. Hanya ada di beberapa daerah saja di Jawa Tengah, salah satunya adalah Jogja.
Keunikan Rumah Adat Jawa Tengah
- Merniliki banyak tiang (4-8 buah).
- Komponen utamanya adalah kayu kokoh, seperti jati atau mahoni.
- Atapnya memiliki bentuk yang unik, seperti piramida, segitiga, atau limas.
- Pada zaman dulu lebih banyak dihuni oleh kalangan bangsawan dan anggota kerajaan.
Daftar Nama Rumah Adat Jawa Tengah Jawa Tengah memiliki lima rumah adat yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda, yaitu:
1# Joglo
Selain Borobudur, Joglo merupakan ikon dari Provinsi Jawa Tengah yang tidak hanya populer di Indonesia tapi juga di kalangan wisatawan asing. Dibandingkan dengan rumah adat Jawa Tengah lainnya, Joglo termasuk yang paling megah dan besar, dengan bahan utama berupa kayu jati.
Atap rumah ini adalah bagian yang paling menarik, karena bentuknya menyerupai piramida atau seperti puncak gunung. Jadi, atap bagian tengah tampak lebih tinggi dibanding sisi lain. Rumah itu memiliki 4 tiang utama yang memiliki makna khusus, yaitu mewakili empat arah angin (utara, timur, selatan dan barat) yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Sedangkan di bagian dalam, ada 5 ruang yang terdiri dari:
» Pendopo: berada di bagian paling depan dan berfungsi sebagai tempat menerima tamu, mengadakan acara tertentu, atau menggelar rapat. Pringgitan: berasal dari kata “ringgit”, yang !Derail’ wayang. Ruangan ini memang digunakan sebagai tempat menyimpan wayang atau menggelar acara wayang. Ruangan ini juga yang menghubungkan pendopo dengan bagian dalam rumah.
» Omah: omah adalah bahasa Jawa untuk menyebut “rumah”. Ruangan ini lebih privasi dari dua ruang sebelumnya, yang merupakan bagian inti dari kompleks rumah Joglo. Biasanya, ruang ini memiliki bentuk persegi dan lantainya dibuat lebih tinggi dari dua ruang sebelumnya.
» Dalem: ruang ini terletak setelah omah, yang dibagi lagi menjadi beberapa ruang bersekat.
» Senthong: ruang paling belakang dari rumah Joglo, yang terdiri dari tiga bagian. Ruang pertama (di bagian barat) berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil parien, ruang tengah digunakan untuk pengantin baru, dan ruang sebelah timur sebagai tempat penyimpanan berbagai alat pertanian.
2# Limasan
Nama Limasan diambil dari bentuk atap rumah yang mirip limas, dengan 8 tiang kayu sebagai penyangga utama. Rumah ini terdiri dari dua bangunan utama, yaitu rumah induk dan rumah tambahan.
Rumah induk berada di bagian belakang, sedangkan rumah tambahan berada di area depan dengan model terbuka (tanpa dinding).
Atap rumah ini terdiri dari dua tumpuk, yang bernama kejen/cocor dan bronjong. Atap bronjong memiliki bentuk yang mirip dengan jajargenjang, sedangkan atap cocor berbentuk segitiga sama kaki.
Di Jawa Tengah, rumah limasan dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Limasan Lambang Teplok
- Limasan Lambang Sari
- Limasan Lambang Gantung
- Limasan Lambang Gantung Rangka Kutuk Ngambang
- Limasan Gajah Ngombe
- Limasan Semar Tinandhu
- Limasan Trajumas 3
# Panggang Pe
Panggang Pe adalah rumah adat paling sederhana di Jawa Tengah, tapi kepopulerannya tidak kalah dengan rumah Joglo. Kata :panggang” berarti dipanggang, sedangkan kata “pe” berasal dari epe yang berarti pengeringan di bawah sinar matahari.
Diberi nama demikian karena dulunya bangunan ini dijadikan sebagai tempat untuk mengeringkan daun teh, ubi, dan semua hasil pertanian lainnya. Bentuk rumah ini adalah persegi panjang, dengan tiang penyangga sebanyak 4-6 buah yang tingginya tidak sama. Jadi, tiang-tiang bagian depan dibuat lebih pendek dari tiang bagian belakang.
Deegan kata lain, rumah panggang pe tampak lebih tinggi di bagian belakang. Pada zaman nenek moyang, Panggang Pe tak hanya berfungsi sebagai rumah biasa Iho, tapi juga sebagai toko-toko kecil atau pos keamanan. Arsitektur rumah ini begitu sederhana, sehingga mudah dibuat tapi juga mudah rusak.
4# Tajug
Rumah adat Jawa Tengah yang satu ini tidak digunakan sebagai tempat beristirahat keluarga, melainkan untuk beribadah.
Bisa dibilang bahwa bangunan ini merupakan masjid atau mushola jaman dulu. Ciri khasnya terletak pada bagian atap yang berbentuk seperti piramida. Namun jika dilihat dari depan, atapnya lebih mirip dengan bentuk segitiga sama sisi, dengan ujung bagian tengah tampak sangat lancip.
Desain atap tersebut merupakan perpaduan dari tradisi, lingkungan, dan budaya masyarakat setempat pada zaman dulu, yang melambangkan keesaan dan keabadian Sang Khaliq.
5# Rumah Adat Kampung
Disebut rumah Kampung karena bangunan ini dulunya adalah rumah-rumah yang dihuni oleh rakyat biasa. Bentuk keseluruhan bangunannya adalah persegi panjang, dengan 4 tiang di bagian dalam dan 2-4 tiang di bagian teras.
Baca Juga : Rumah Adat Bali Lengkap dengan Penjelasannya
Jika dilihat dari atas (tanpa atap), 4 tiang di bagian dalam ditata dalam bentuk persegi, sedangkan tiang-tiang di bagian teras dibuat dalam bentuk sebaris. Biasanya, tiang-tiang pada rumah ini dibuat dari jati, mahoni, atau kayu nangka.
Jawa Tengah memiliki 5 rumah adat yang terdiri dari joglo, tajug, panggang pe, limasan, dan rumah kampung. Masing-masing rumah memiliki ciri khas berbeda, mulai dari jumlah tiang, bentuk atap dan bangunan, serta jumlah ruang dan fungsi dari rumah itu sendiri.